Kiat Sukses Abdullah Azwar Anas Ubah Citra Banyuwangi Kota Santet jadi Kota Festival

    Kiat Sukses Abdullah Azwar Anas Ubah Citra Banyuwangi Kota Santet jadi Kota Festival
    Abdullah Azwar Anas telah mengubah banyuwangi kota santet menjadi kota festival

    Banyuwangi - Tragedi pembantaian ratusan dukun santet pada 1998 di Banyuwangi membuat daerah tersebut lekat dengan julukan Kota Santet. Namun kini, Banyuwangi menjadi Kota Festival seiring berbagai kebijakan dilaksanakan Pemkab selama 10 tahun kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar.

    Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi periode 2010 sampai 2020, kepada ratusan kader PDI Perjuangan peserta Pendidikan Kader Madya di sekolah partai Wisma Perjuangan, Kota Batu, membeberkan berbagai kebijakan yang ia laksanakan selama satu dasawarsa memimpin Banyuwangi.

    Mengawali materinya berjudul Best Practices Kebijakan Pemda, Azwar Anas mengatakan, kunci utama dalam kepemimpinannya adalah kemampuan memotret isu strategis sesuai arahan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. "Bahwa menjadi pemimpin perlu memiliki skala prioritas. Kita harus melihat isu strategis mana yang perlu kita sikapi sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki, " kata Anas melalui sambungan internet, Sabtu (11/12/2021).

    Menurutnya, ada sejumlah keterbatasan saat dirinya menjabat bupati. Antara lain persoalan minimnya keuangan daerah Banyuwangi, sumber daya manusia, dan kewenangan yang tidak dimiliki daerah. Karena itu, Anas berfokus pada pengembangan pariwisata kota. Melalui program Banyuwangi Festival, berbagai sektor kehidupan masyarakat Banyuwangi didorong agar berkembang pesat.

    "Kita siapkan program yang valuenya cepat dirasakan masyarakat, sehingga terpilihlah program Banyuwangi Festival. Dari sini warga Banyuwangi tidak perlu menunggu lama untuk menikmati hasil kerja sama sinergi Pemkab Banyuwangi dengan seluruh elemen daerah, " ungkapnya.

    Bukan hanya sekedar pengembangan pariwisata, tetapi Banyuwangi Festival menjadi alat untuk konsolidasi budaya sekaligus konsolidasi infrastruktur. "Dari Banyuwangi Festival, setiap malam ada gelar pementasan budaya. Kita beri panggung bagi pelaku seni untuk tampil di atas panggung. Hasilnya, masyarakat mendapatkan hiburan, ada panggung kesenian, serta turut bergeraknya pelaku ekonomi di bidang kesenian, " jelasnya.

    Hadirnya Banyuwangi Festival terbukti membawa dampak positif. Sejak tahun 2012 dengan 12 festival, saat ini mencapai 123 festival. Sehingga stigma negatif Banyuwangi Kota Santet, kini berubah menjadi Kota Festival.

    "Berdasarkan data terakhir 2019, Banyuwangi sebagai wilayah kabupaten berhasil mencapai 51, 80 juta rupiah pada pendapatan perkapita tahunannya, berhasil melampaui Jember, Lumajang, Situbondo, hingga Bondowoso, serta sejumlah daerah lainnya, " pungkasnya. (HR)

    Hariyono

    Hariyono

    Artikel Sebelumnya

    Pro Kontra Penutupan Toko Miras Banyu Urip,...

    Artikel Berikutnya

    Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Gubernur Jatim...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Kunjungan Kerja Kepala Keuangan Kodam Iskandar Muda ke Korem 012/TU
    Dukung Asta Cita Presiden RI, Panglima TNI Tinjau Program Ketahanan Pangan Kodam IV/ Diponegoro
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani

    Ikuti Kami